Pindah ke linux bukanlah perkara mudah, khususnya buatku. Yang jelas sangat terasa adalah kita tidak bisa menggunakan aplikasi Microsoft secara langsung. Kemudian kita wajib mengenal perintah-perintah pada command line jika kita ingin lancar dalam menggunakan linux. Berikut ini aku akan menceritakan kisah pertamaku menggunakan linux.
Sebelum aku menceritakan kisahku pindah ke linux, aku akan mengutarakan alasanku. Alasan aku berpindah ke linux didasarkan pada sebuah diskusi dengan dosen Matematika di kantin Fakultas FMIPA Universitas Negeri Malang. Waktu itu kami berdiskusi terkait cara membuat dan menjual aplikasi. Dari sana beliau bilang kalau dalam menjual aplikasi buatan sendiri aku harus hati-hati. Jika aplikasi yang aku buat berdasarkan aplikasi bajakan maka hasilnya juga bisa disebut bajakan.

Setelah diskusi itu aku tidak langsung memutuskan untuk pindah ke linux. Awalnya aku mencoba untuk mencari tahu harga dari aplikasi. Tidak hanya aplikasi, aku juga mencari tahu harga OS. Aku lupa berapa tepatnya harga aplikasi pada tahun itu. Yang aku ingat, harga aplikasinya melebihi harga komputernya. Untuk microsoft saja, windows dan office dijual terpisah. Harganya benar-benar diluar jangkauan mahasiswa waktu itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari alternatif lain, dan ketemulah linux. Tapi linux tidaklah umum, kita tidak bisa meminta ke tukang service komputer untuk menginstallkan linux. Bisa jadi tukang service juga tidak tahu apa itu linux. Aku bertanya kesana kemari tentang linux. Aku akhirnya bertemu teman yang ternyata punya CD linux. Teman tersebut bersedia meminjami aku CD linux dan aku langsung mencobanya.
Pertama kali Pindah ke Linux
Akupun pulang ke kos dan segera mencoba menginstall linux. Waktu itu CD yang aku pinjam ada 2. Aku berharap pindah ke linux akan lancar tanpa kendala, tapi ternyata tidak lancar. CD pertama yang aku install ternyata adalah ubuntu server. Karakteristik dari linux khusus server adalah dia tidak menggunakan Dekstop Environment (DE) / tampilan. Jadi, tampilan yang aku dapat hanyalah layar hitam yang bisa diisi perintah.
Aku lantas menghapus ubuntu yang sudah terinstall dan mencoba menginstall CD kedua. Nah, CD kedua ini yang cukup menarik. Ternyata itu adalah KUbuntu. KUbuntu merupakan ubuntu yang menggunakan DE KDE Plasma. Jadi tampilannya sudah mirip windows.

Ini baru awal pengalamanku pindah ke linux. Keseruannya tidak hanya sampai menginstall saja. Banyak yang harus kita ubah. Misalnya cara kita menginstall aplikasi, cara memasang driver, cara memutar lagu, dan yang paling krusial buatku saat itu adalah cara menulis skripsi. Setelah menggunakan linux tentunya aku tidak bisa menggunakan Ms. Office (sebenarnya bisa pakai Wine). Sehingga semuanya harus dicari alternatif-nya.
Baiklah, mungkin pengalaman pindah ke linux aku akhiri dulu sampai di sini. Sebagai kesimpulan dari tulisan di atas adalah aku menggunakan linux karena aku ingin sesuatu yang legal dan tentu saja barokah. Sebagai pengembang aplikasi aku tidak mau jika harus membajak aplikasi orang lain. Nanti akan aku sambung lagi di tulisan lain tentang perbedaan windows dan linux. Sekian, semoga bermanfaat ya.