Saat ini aku sedang menjalani prinsip hidup baru yang namanya digital minimalism. Itu berarti aku mengurangi interaksiku dengan dunia digital —khususnya smartphone. Aku menjalani prinsip ini setelah membaca buku deep work yang ditulis oleh Prof. Cal Newport. Meskipun aku seorang programmer, menjalani prinsip digital minimalism sebenarnya tidak terlalu susah. Kali ini aku akan mencoba berbagi pengalaman dengan prinsip ini.
Alasan melakukan Digital Minimalism
Aku melakukan digital minimalism bukan tanpa sebab. Setelah aku mengkoreksi batinku, ternyata ada indikasi aku kecanduan dengan smartphone. Gejala yang cukup mengganggu adalah kecemasan ketika tidak memegang smartphone. Kemanapun aku pergi, aku harus memegang smartphone. Bahkan, nongkrong di toiletpun harus bersama smartphone. Smartphone tidak pernah jauh-jauh denganku. 😅
Dulu aku merasa bahwa menghabiskan waktu dengan smartphone adalah langkah cerdas, karena dia memberikan aku banyak informasi. Banyak pengetahuan baru yang aku dapat dari scrolling TikTok, Reels, atau Youtube Shorts. Saking seringnya aku mendapatkan informasi, aku menjadi kecanduan informasi. Mirip orang yang kecanduan rokok.
Aku menyadari bahwa, tidak semua informasi itu penting. Informasi yang tidak penting itu justru memaksa otakku menggunakan energi mental untuk memprosesnya. Akibatnya, otakku tidak pernah beristirahat dan terus menerus memproses informasi yang tidak aku butuhkan.
Apa kata Penelitian
Ternyata efek yang aku rasakan tidak hanya terjadi pada diriku saja. Ada beberapa penelitian yang ternyata mengatakan hal sama, yaitu:
- Fu, S., Yan, Q. & Feng, G.C. (2020): Menjelaskan konsep mobile information overload, di mana pengguna merasa kewalahan karena terlalu banyak aplikasi & info.
- Chen, L., Zhang, Y. & He, X. (2021): Menemukan desain aplikasi (short video, game) memicu kebiasaan compulsive checking & screen time panjang.
- Lim, E.P., Tan, K.Y. & Chang, A. (2023): Lebih banyak aplikasi maka lebih rentan mengalami nomophobia (takut tanpa HP) sehingga kualitas tidur & kesehatan mental menurun.
- Surgeon General AS (2023): remaja yang menggunakan media sosial lebih dari 3 jam/hari memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi mengalami depresi dan kecemasan. Direkomendasikan adanya label peringatan kesehatan serupa barang seperti alkohol atau rokok.
- Black Dog Institute (2023, di Australia): penggunaan media sosial tinggi pada remaja berkaitan dengan tidur terganggu, gejala depresi, dan gangguan makan — meski media sosial juga bisa memberi manfaat sosial jika digunakan untuk menjalin koneksi nyata.
Apa yang aku lakukan?
Untuk menjalani prinsip digital minimalism, aku melakukan beberapa hal berikut ini.
Menyisakan Aplikasi Penting
Banyak sekali aplikasi yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Setiap aplikasi itu berusaha untuk meraih perhatian kita. Aplikasi yang tidak digunakan selama lebih dari 30 hari sebaiknya kita hapus.
Mematikan Semua Notifikasi
Setiap aplikasi yang kita install pasti meminta kita mengijinkan mereka untuk mengirim notifikasi. Tapi, tidak satupun aplikasi yang aku ijinkan mengirim notifikasi. Notifikasi yang mereka berikan lebih sering berupa tawaran, dan aku tidak tertarik dengan tawaran tersebut.
Menghapus Media Sosial
Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, media sosial membuat otak kita jarang benar-benar beristirahat. Arus informasinya cepat dan melompat-lompat: kadang menyenangkan, kadang menyedihkan, kadang menggugah rasa ingin tahu. Daniel Goleman dalam bukunya Focus menjelaskan bahwa setiap kali perhatian kita teralihkan, otak membayar “biaya pergantian fokus” — energi mental ekstra yang membuat kita cepat lelah. Pergantian emosi dan fokus yang terus-menerus ini pada akhirnya menguras kapasitas mental jauh lebih besar daripada yang kita sadari. Dengan alasan ini, akhirnya aku putuskan untuk menghapus media sosial.
Launcher khusus Digital Minimalism
Launcher —aplikasi yang mengatur tampilan dan navigasi utama HP Android— bawaan biasanya sangat menarik dengan ikon-ikon yang warna-warni. Saat akan mencari aplikasi, kita harus menghafalkan dan mencari ikonnya. Hal ini membutuhkan energi mental. Untuk itu, aku mengubah launcher yang tidak melelahkan, yaitu oLauncher yang tampilannya hanya berupa daftar aplikasi dalam bentuk teks. Untuk membuka aplikasi aku tinggal ketikkan nama aplikasi yang mau aku buka.
Smartphone Grayscale
Warna cerah pada icon dan aplikasi sengaja didesain untuk memicu rasa penasaran dan terus membuat kita membuka aplikasi. Dengan mengubah smartphone menjadi grayscale dorongan itu berkurang drastis.
Istirahat tanpa Layar
Saat ini aku bekerja sebagai programmer, sehingga tidak mungkin aku bekerja tanpa layar. Tapi, aku akan meninggalkan layar ketika waktunya beristirahat. Aku tidak menggunakan waktu istirahatku untuk menonton YouTube, karena dia juga suka memberikan rekomendasi yang menarik perhatian.
Spotify pengganti YouTube
Aku hampir selalu mendengarkan musik ketika coding. Musik menjadi alat penyemangat dan juga pemutus interaksi ketika harus coding dengan mode deep work. Dulunya, aku selalu menggunakan YouTube untuk memutar musik. Tapi, setiap kali membuka youtube, ada saja yang menggoda. Akhirnya buka dikit, tapi malah dikit-dikit lama-lama jadi bukit. Untuk menghindari jebakan itu, aku beralih ke Spotify. Memang tetap ada rekomendasi, tapi rekomendasinya adalah judul lagu, bukan judul konten yang menggoda.
Rasanya Digital Minimalism
Saat aku membuat tulisan ini, aku sudah melakukan digital minimalism selama 1 bulan. Apa yang aku rasakan?
- Kecemasan ketika tidak berdampingan dengan smartphone menjadi berkurang.
- Aku tidak pernah lagi nongkrong di toilet sambil scrolling.
- Aku menjadi terbiasa duduk diam bersama pikiran atau mengamati sekitar.
- Aku tidak takut bosan menunggu antrian tanpa scrolling.
- Fokus kerjaku mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
- Tidur lebih cepat, lebih panjang dan lebih berkualitas.
Penutup Digital Minimalism
Ini sepenuhnya pengalaman pribadiku setelah menjalani digital minimalism. Aku tidak berharap semua orang langsung mengikuti apa yang kulakukan. Namun, kalau aku boleh memberi satu saran: cobalah sesekali melakukan yang namanya unplug dari dunia digital. Beri ruang untuk hening, dan rasakan nikmatnya kesadaran diri yang mungkin selama ini tenggelam di balik layar.