Pernah gak sih kamu punya teman yang sangat pendiam.? Teman yang bicaranya hanya sedikit, tapi kalau sudah bicara, yang dibicarakan berbobot dan penuh makna. Teman yang seperti itu biasanya dicap sebagai teman pemalu. Tapi ternyata, belum tentu loh dia itu pemalu, bisa jadi dia memilih untuk tidak bicara karena dia sedang mengisi energi mental. Temanmu yang pendiam itu, mungkin adalah tipe manusia yang disebut dengan introvert. Nah, kebalikannya adalah extrovert, teman yang sangat senang berkumpul dan berbagi cerita. Jadi bagaimana penjelasan dari keduanya.? Yuk kita pelajari.
Energi Mental Manusia
Perbedaan Energi Fisik dan Mental
Sebelum kita masuk ke penjelasan tentang introvert dan extrovert, kita perlu mengetahui bahwa, selain memiliki energi fisik 💪, manusia juga memiliki energi mental 🤔. Energi fisik merupakan energi yang kita gunakan untuk aktivitas sehari-hari, misalnya: berjalan, mengangkat sesuatu, mendorong sesuatu, bersepeda, dan lain-lain. Sedangkan energi mental digunakan untuk berfikir, menganalisis dan menyelesaikan masalah.
Habisnya Energi Mental
Ketika energi mental seseorang habis, orang tersebut akan sulit untuk melakukan aktivitas yang melibatkan fokus dan pemikiran. Menariknya, energi mental ini terkait erat dengan energi fisik seseorang, ketika energi mental habis maka tubuh juga ikut terasa lelah. Nah, pernah gak sih teman-teman merasa lelah setelah mengerjakan sesuatu yang sulit? Padahal mengerjakannya sambil duduk atau rebahan.
Mengisi Energi
Energi fisik dapat dengan mudah diisi kembali dengan makan dan tidur. Namun, energi mental berbeda. Kita harus menemukan yang namanya pusat energi mental dan mengisinya sumber energi yang tepat. Umumnya hanya ada 2 pusat energi mental, yaitu di dalam batin dan di luar batin. Orang yang pusat energi mentalnya ada di dalam batin disebut dengan introvert. Sebaliknya, yang pusat energinya ada di luar batin disebut dengan extrovert.
Mengisi Energi Introvert
Karena pusat energi mental introvert ada di dalam batin, maka kita harus fokus pada kegiatan batiniah, yaitu melakukan keheningan, refleksi diri dan aktivitas batin yang bermakna, seperti: membaca buku, menulis jurnal, menggambar, meditasi, merawat tanaman dan lain-lain.
Ada juga yang mengatakan kalau introvert dapat mengisi energi dengan menyendiri. Tapi hati-hati ya, menyendiri yang dimaksud adalah melakukan keheningan. Jika kita menyendiri tapi dengan membawa smartphone untuk scrolling atau main game, justru akan menguras energi kita karena kedua kegiatan tersebut membutuhkan kegiatan berfikir.
Kalau pusat energi mental kita ada di luar batin, kita disebut dengan extrovert. Kita mengisi energi dengan cara berdiskusi, tertawa bersama, bekerjasama, atau sekadar menikmati keramaian.
Energi mental introvert dan extrovert itu saling menghabiskan. Jika seorang introvert berusaha menjadi extrovert —misalnya berkumpul dan berdiskusi— maka energi mentalnya pasti akan cepat habis. Begitu juga sebaliknya, ketika introvert berusaha masuk dalam keheningan introvert, energi mentalnya juga cepat habis. Jadi, kita harus tahu siapa diri kita.
Kesalahpahaman Introvert
Introvert sering disalah artikan sebagai pemalu, penyendiri dan tidak mau bergaul. Namun, sebenarnya mereka hanya menjaga energi mentalnya agar tidak cepat habis. Selain itu mereka juga punya dunia di dalam batin mereka.
Bagi kita yang memang cenderung introvert, penting juga untuk menjaga agar sikap kita tidak disalahartikan.
Menyendiri bukan berarti menutup diri sepenuhnya. Kita tetap perlu berinteraksi, bukan hanya untuk menjalin hubungan sosial, tapi juga untuk berbagi makna dan menjaga keseimbangan hidup.
Di sisi lain, extrovert jarang disalahartikan. Mungkin karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, maka sikap extrovert dianggap wajar, bahkan ideal. Mereka yang suka berbincang, bersosialisasi, dan hadir di banyak ruang sering kali lebih mudah diterima.
Aku Introvert
Aku sebenarnya seorang introvert, yang juga merasakan dorongan energi ketika aku membaca buku atau menulis tangan tentang refleksi diri. Jika aku melewatkan kedua hal tersebut di pagi hari, bisa-bisa seharian aku susah fokus untuk bekerja. Namun, aku selalu mengingatkan diriku, ketika sulit fokus: “ambil fountain pen dan kertas, tinggalkan komputer dan mulai menulis“. Biasanya hal tersebut akan meningkatkan energi mentalku dan aku bisa kembali fokus bekerja.
Meskipun aku seorang introvert, aku tidak sepenuhnya membatasi diriku dengan dunia di luar batiniah. Aku tetap menjaga interaksi sosial—berkomunikasi seperlunya, hadir saat dibutuhkan. Tapi setelah itu, aku kembali ke ruang batinku, tempat di mana energiku dipulihkan dan pikiranku kembali jernih.
Penutup
Setelah kita mengetahui tentang introvert dan extrovert, kita seharusnya lebih peka dengan teman-teman di sekitar kita. Teman yang terlihat pendiam, bukan berarti sedang merasa canggung atau tidak nyaman—bisa jadi, ia sedang menyelami pikirannya sendiri, menikmati percakapan batinnya, atau mengumpulkan energi untuk kembali hadir dengan utuh. Baiknya, kita saling menghargai dengan keputusan yang diambil teman kita. Kalau kamu, introvert atau extrovert nih?